Senin, 04 April 2016

Dia Bisa, Mengapa Akut Tidak ?

Dia Bisa, Mengapa Aku Tidak?

Dari meja Online Website Didik Sugiarto
Hai, namaku Hani. Sekarang, aku tengah menduduki bangku Kelas Enam semester dua. Tentu kalian tahu bukan, sebentar lagi aku harus mengikuti Ujian Nasional SD. Aku paling takut akan UN, jadi, aku memohon pada mama agar aku tidak UN, tapi, mama menolak permintaanku.
Malam ini aku tengah belajar untuk mempersiapkan UN yang tinggal tiga bulan. Hatiku berdebar kencang dan gelisah akan moment mengerikan yang akan datang itu. Karena keringat terus membasahiku, aku memutuskan untuk menonton TV saja sekedar refreshing. Mama melihatku belum tidur. Mama menegurku. Namun, aku tetap pada pendirian: ingin menonton TV malam ini juga. Karena melihatku begitu, mama mengalah dan kembali menuju kamar.
Di tengah keheningan malam, aku menonton berita di TV. Ya, hoby baru itu muncul tiba-tiba. Awalnya aku lebih senang menonton Drama Korea, namun, sekarang aku beranggapan menonton berita itu lebih penting dari pada Drama Korea. Acara yang di tayangkan kusimak dengan jelas dan dapat terserap ke otakku. Berita malam adalah favoritku karena sering sekali bercerita mengenai anak-anak sekolah, entah tentang Tawuran, Ujian Nasional, Contek-Mencontek, Guru Yang Kejam, dll. Berita itu selalu menginspirasiku agar tidak berbuat demikian dan lebih berhati-hati.
Malam ini, kulihat berita yang lain dari sebelumnya. Seorang anak gelandangan yang tidur di kolong jembatan diberitakan tengah liburan musim dingin di Jepang! Anak itu mendapat beasiswa ke Jepang! Menurut berita, anak itu mendapatkan nilai tertinggi saat UN di sekolah international dengan beasiswa juga. Haru rasanya. Tak selamanya jika hidup awal sengsara akan selamanya begitu. Jika ia semangat belajar. Lalu, mengapa aku yang orang tuanya termasuk kaya raya tidak dapat seperti dia? Mengapa aku malah takut jika menghadapi UN? Bukankah seharusnya aku semangat menghadapinya?
Kumatikan TV, aku menuju meja belajar di kamarku. Kupeluk buku pelajaranku, kuletakkan, lalu kumatikan lampu. Aku pasti bisa menghadapi UN, tak ada yang tidak mungkin jika dengan usaha yang keras dan semangat juang yang selalu berkobar. Anak itu sungguh membangkitkan semangatku dan menghilangkan kebencianku terhadap UN. Aku sangat berterimakasih padanya. Sekarang, aku akan berlari cepat mengejar nilai UN tertinggi. Semangat!

"JIKA DIRASA BERMANFAAT SILAHKAN SHARE PADA TEMEN-TEMEN SHOBAT "

Owner Blog Website Didik Sugiarto

Didik Sugiarto
Load disqus comments
Comments
0 Comments

0 komentar